Minggu

Makam Wali Allah Syekh Yusuf


Wanita tua itu bernama Zainunisa (64) begitu setia menjaga dan membersihkan makam Syeikh Yusuf di Kampung Macassar, Cape Town, Afrika Selatan (Afsel). Meski tak ditugaskan siapa pun dan tak dibayar, tapi dia dengan setia mengurusi makam itu hingga terlihat rapi dan bersih. “Saya hanya menghormati tokoh besar ini, tak ada motivasi lain. Saya hanya berniat ibadah,” begitu kata Zainunisa.

Makam Syeikh Yusuf terletak di Kampung Macassar. Begitu orang Cape Town menulis sebuah kampung di Cape Town, Afsel itu. Kampung ini terkenal karena makam Syeikh Yusuf, tokoh pejuang Indonesia yang meninggal di daerah itu pada 23 Mei 1699 sebagai pengasingan.
Dinamakan Kampung Macassar, karena Syeikh Yusuf berasal dari Goa, Makassar. Dia tokoh agama sekaligus pejuang yang melawan Kompeni dan ikut membantu Sultan Ageng Tirtayasa berperang. Namun, dia akhirnya diasingkan Belanda ke Sri Lanka (dulu Ceylon). Pada 1994, dia dibawa ke Cape Town.
Bersama keluarga dan 49 pengikutnya, dia pertama kali menyebarkan agama Islam di Cape Town. Syeikh Yusuf pun dihormati sebagai tokoh besar, termasuk orang Afsel, terutama warga Cape Town, terutama lagi warga Coloured dan warga yang disebut Cape Malay.

Maka, meski kerangkanya sudah dipindah ke Makassar pada 1705, namun makam tersebut masih dikeramatkan. Bahkan, orang Cape Town menyebutnya “Kramat”.

Makam itu terletak di tengah kampung di areal seluas sekitar 50 X 50 meter. Makam Syeikh Yusuf berada di tengah bangunan menyerupai Masjid. Empat dari 49 pengikutnya juga dimakamkan di areal itu, tapi di halamannya.

Namanya saja “Kramat”, makam itu dikeramatkan orang Cape Town. Namun, mereka tak terlalu mengembangkan cerita-cerita mistis seputar makam itu. Zainunisa mengaku tak pernah memikirkan hal gaib atau cerita aneh-aneh. Namun, dia pernah mengaku pernah mengalami hal gaib di makam itu.

“Itu terjadi tahun 2008. Saat itu sudah hampir Magrib dan saya menutup pintu makam itu. Lalu, saya sempat memeriksa beberapa tempat. Ketika akan keluar dari halaman makam, tiba-tiba saya lihat pintu terbuka dengan sendirinya,” kisah Zainunisa.
Dia pun segera kembali ke Makam itu, lalu melihat ke dalam apakah ada seseorang. Dia melongokkan kepalanya sebelum menutup kembali.
“Masya Allah, ada sinar terang mengelilingi makam Tuan Syeikh Yusuf. Saya kaget bukan kepalang. Sinar itu begitu terang. Saya hanya bisa tertegun dan terus memandanginya, sampai benar-benar hilang. Setelah itu, saya segera menutup makam dan pulang,” kata Zainunisa dengan gemetar, karena mengingat pengalaman yang menurutnya aneh dan membuat dirinya merinding.
Dia lalu mempererat sedekap tangannya, sambil melirik makam itu. Lalu, senyumnya mengembang agak aneh. “Saya setengah takut setengah senang karena mengalami peristiwa itu. Tak ada cerita aneh di makam ini sebelumnya. Mungkin, itu satu-satunya cerita unik tentang makam Syeikh Yusuf dan saya beruntung menjadi saksinya,” katanya.
Meski takut, dia tetap menjalani rutinitasnya. Dia selalu datang ke makam itu setiap pagi, lalu pulang saat dhuhur. Setelah itu, dia kembali lagi sampai menjelang magrib.
“Saya yang mengurus makam ini. Saya janda dan sudah pensiun. Saya hidup dari uang pensiun. Bahkan, sering sebagian uang pensiun saya untuk biaya perawatan, membayar tukang yang membersihkan makam ini,” akunya.
Menurut Zainunisa, setiap hari ada saja orang yang datang ke makam itu. Dia tak pernah menyapa tamu, hanya diam. Sosoknya kadang cukup misterius. Namun, begitu disapa, dia akan segera bicara dan menjelaskan semuanya.
“Orang datang dan pergi ke makam itu hampir setiap hari. Pada musim liburan banyak pendatang dari berbagai daerah. Orang Indonesia sering ke sini. Saya melihat Soeharto (mantan Presiden RI, Red) saat ke sini pada 1997,” jelasnya.
Menurutnya, sebagian orang ke makam itu ada yang berdoa, ada pula yang sekadar ingin tahu. Bahkan, ada pula yang ingin mencari berkah.
“Ada-ada saja motivasinya. Ini hanya makam, tapi terkadang ada orang yang merasa tersugesti bisa mendapat apa yang diinginkan kalau berdoa di sini. Saya tak tahu itu. Yang saya tahu, berkah itu dari Allah SWT, bukan dari makam. Bagi saya, ini tempat bersejarah dan harus dihormati dan dirawat. Ini juga ujud penghormatan kepada sang tokoh yang meninggalkan banyak jasa,” jelasnya. (Edy Rusman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar