Abu Hasan Musa bin Ja'far, lahir di Al-Abwa pada tanggal 128 H (746 M). Beliau adalah putera dari Imam Ja'far Shodiq yang terkenal sebaai guru Imam Mazhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Ibundanya bernama Hamidah Al Barbariyyah. Dia dijuluki Al-Kazhim yang berarti yang tenang, yang mampu mengendalikan diri dan tidak emosional.
Musa Kazhim adalah salah seorang keturunan Rasulullah SAW dari Imam Ali dan Sayyidah Fatimah. Setelah ayahnya wafat, Musa Kazhim telah mencapai maqom tertinggi dalam kehidupannya sebagai seorang wali pada zamannya.
Beliau telah mencapai derajat Insan Kamil, yaitu manusia yang sempurna segalanya, baik ibadah, kezuhudan, kedermawanan dan ilmunya. Oleh karena itu, beliau dimandatkan untuk menjaga keaslian Al-Quran, baik dari segi makna dan tafsirnya.
Musa Kazhim adalah manifestasi Al-Quran dalam bentuk mahluk hidup, sehingga sosoknya menjadi suri tauladan bagi manusia dan kalangan bangsa jin. Beliau menjadi tempat bertanya untuk segala masalah.
Musa Kazhim adalah pewaris ilmu Rasulullah SAW yang didapatnya secara estafet melalui ayahnya, Imam Ja'far Shodiq. Dan sebagai seorang Wali Allah, banyak karomah yang dimiliki oleh beliau, diantaranya seperti yang penulis nukilkan berikut ini :
[Karomah] POHON YANG MENGHAMPIRI KETIKA DIPANGGIL.
Beliau telah mencapai derajat Insan Kamil, yaitu manusia yang sempurna segalanya, baik ibadah, kezuhudan, kedermawanan dan ilmunya. Oleh karena itu, beliau dimandatkan untuk menjaga keaslian Al-Quran, baik dari segi makna dan tafsirnya.
Musa Kazhim adalah manifestasi Al-Quran dalam bentuk mahluk hidup, sehingga sosoknya menjadi suri tauladan bagi manusia dan kalangan bangsa jin. Beliau menjadi tempat bertanya untuk segala masalah.
Musa Kazhim adalah pewaris ilmu Rasulullah SAW yang didapatnya secara estafet melalui ayahnya, Imam Ja'far Shodiq. Dan sebagai seorang Wali Allah, banyak karomah yang dimiliki oleh beliau, diantaranya seperti yang penulis nukilkan berikut ini :
[Karomah] POHON YANG MENGHAMPIRI KETIKA DIPANGGIL.
Pada Kitab Al-Kafi diceritakan bahwa Al Wafiqi mempunyai sorang paman yang bernama Hasan bin Abdullah yang juga dipanggil Abu Ali. Dia seorang yang sangat zuhud dan salah satu orang yang terkenal amat sholeh, adil dan jujur. Pada waktu ketika, sang paman datang kemasjid dimana Musa Kazhim sedang didalamnya. Musa Kazhim memberi isyarat agar Hasan bin Abdullah mendekati beliau.
Musa Kazhim berkata kepada Abu Ali, "Wahai Abu Ali, tak ada yang menyenangkan hatiku selain sikap anda. Anda perlu memiliki Makrifat, maka carilah Makrifat itu. Semoga aku bisa berkorban demi diri anda. Apa sebenarnya Makrifat itu,? tanya Abu Ali. "Pergilah, nanti anda juga tahu. Carilah hadist," jawab Musa Kazhim. "Dari siapa.?". "Dari Faqih Madinah, dan kemudian hadist-hadist itu bawa kepadaku, jawab Musa Kazhim.
Abu Ali pergi meninggalkan masjid itu untuk mencari apa yang diperintahkan oleh Musa Kazhim. Tak berapa lama, Abu Ali telah kembali sambil membawa hadist-hadist yang didapatnya dari Faqih Madinah. Namun menurut Imam, hadist tersebut tidak ada yang benar.
Musa Kazhim memerintahkan kembali untuk mencari hadist-hadist yang diinginkan beliau. Untuk kedua kalinya Abu Ali meninggalkan Musa Kazhim. Namun setelah beberapa lama, Abu Ali tidak mendapatkan informasi sehingga dia gelisah akan agama yang di mahzabnya.
Lalu dia mencari Musa Kazhim dan bertemu disuatu tempat. Abu Ali bertanya, "Semoga aku bisa berkorban untuk Anda. Aku telah mencari Anda. Beri aku petunjuk mengenai apa yang perlu aku lakukan."
Kemudian Musa Kazhim memaparkan pentingnya peran seorang Imam ketika Nabi SAW telah tiada beserta dalil-dalil Al-Quran dan hadist-hadist Nabi SAW. Lalu Abu Ali bertanya, siapakah Imamnya pada saat itu. Musa Kazhim menjawab bahwa dirinya adalah Imam saat itu. "Adakah sesuatu yang dapat membuktikannya,?" tanya Abu Ali.
Pergilah ke pohon itu dan katakan kepadanya bahwa Musa bin Ja'far menyuruhmu untuk mendekat," jawab Musa Kazhim sambil menunjuk pohon dari jenis Umm Ghoilan.
Lalu Abu Ali mendekati pohon tersebut dan menyampaikan bahwa pohon tersebut dipanggil Musa Kazhim. Tiba-tiba pohon tersebut bergerak dan membuat alur tersendiri. Pohon itu menghampiri Musa Kazhim. Setelah sampai didepan Musa Kazhim, beliau memberi isyarat agar pohon tersebut kembali ke tempatnya.
[Karomah] BERBICARA DENGAN SINGA.
Musa Kazhim pergi meninggalkan Madinah untuk menjenguk salah satu tanah miliknya. Ali bin Abi Hamzah menyertai Musa Kazhim dalam perjalannya itu. Ketika dijalan yang sunyi, mereka dihadang oleh seekor singa jantan. Ali bin Abi Hamzah memandangi singa itu dengan penuh rasa takut dan gemetar. Namun Abul Hasan menghampiri tanpa rasa takut. Aku lihat singa itu merunduk dan berkomat-kamit seolah-olah berbicara dengan Abul Hasan, julukan lain dari Musa Kazhim.
Sementara, Abu Hasan berdiri seakan mendengarkan apa yang dibicarakan singa tersebut. Lalu singa itu mengangkat kakinya dan meletakkan diatas pelana bagal yang dikendarai Abu Hasan. Aku pun menggigil ketakutan.
Kemudian, singa itu berjalan ketepi jalan, Abu Hasan memalingkan wajahnya ke kiri ke arah Kiblat dan mulai berdo'a. Kemudian Abu Hasan menunjuk kearah singa itu dan memberi isyarat agar pergi. Singa itupun berkomat kamit lagi. Sementara aku dengan Abul Hasan mengucapkan "Amin.! Amin.!".
Lalu singa itu pergi. Aku bertanya apa yang terjadi.? Abul Hasan menjawab, "Singa itu mengadukan kesulitan yang dialami oleh pasangannya, singa betina yang dalam keadaan melahirkan. Singa itu meminta kesediaanku untuk berdoa kepada Allah SWT memohon agar singa betina dimudahkan dalam melahirkan, dan aku memenuhinya.
Singa itu bertanya, apakah aku tahu kalau singa betinanya sedang mengandung bayi singa jantan. Lalu aku menjawab tahu. Kemudian singa itu berkata lagi kepadaku bahwa, "Selamat menempuh perjalanan, semoga dalam perlindungan Allah SWT. Allah SWT selalu akan melindungi Anda, keturunan anda dan pengikut anda dari gangguan binatang buas. Lalu aku mengucapkan, Amin. Amin.
Disamping kedua karomah yang kisahnya penulis nukilkan diatas, Musa Kazhim juga memiliki berbagai kekaromahan lainnya, diantaranya :
- Dapat mengetahui masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
- Dapat berbicara dan mengerti semua bahasa didunia tanpa mempelajarinya.
- Dapat mengetahui atau melihat segala tempat, baik di dasar laut, darat, maupun dilangit, bahkan sampai ke alam ghoib seperti barzakh, surga dan alam neraka.
Dan masih banyak lagi karomah-karomah yang dimiliki oleh Musa Kazhim yang tercatat didalam Kitab-Kitab Tasawuaf yang tidak bisa penulis ketengahan lewat tulisan ini.
KEZUHUDANNYA.
Riwayat mengatakan bahwa Musa Kazhim biasa melakukan shalat sunnah sepanjang malam hingga waktu shalat Shubuh tiba. Dia biasa bersujud lama-lama dan memanjatkan doa dan pujian kepada Allah SWT. Beliau suka menangis sedemikian rupa karena takut kepada Allah SWT sehingga jenggotnya basah oleh air mata beliau.
Beliau paling bagus bacaan Al-Qurannya. Bila dia membaca Al-Quran, maka Musa Kazhim akan menangis dan yang mendengarkan beliau membaca Al-Quran pun turut menangis. Orang-orang Madinah menyebut beliau dengan "Perhiasan" bagi orang-orang yang melewatkan waktu malam dengan shalat dan do'a.
KE-DERMAWANAN-NYA.
Suatu hari Musa Kazhim mendatangi perkampungan fakir miskin tanpa diketahui oleh penduduknya. Beliau kemudian membagikan bingkisan yang berisi tepung, kurma dan uang. Tentang kedermawanan Musa Kazhim ini Muhammad bin Abdullah bercerita :
"Aku pergi ke Madinah untuk berutang sejumlah uang. Akan tetapi aku tidak dapat memenuhi kebutuhanku. Lalu aku datangi Musa Kazhim yang pada waktu itu sedang berada diladangnya bersama seorang pembantunya. Musa Kazhim dan pembantunya menyambutku. Kemudian pembantunya membuka sebuah bejana yang berisi potongan daging, lalu Imam mengajakku makan bersama.
Setelah itu, Musa Kazhim menanyakan keperluanku. Lalu aku ceritakan maksudku. Setelah mendengar ceritaku, Musa Kazhim meninggalkanku. Dan kemudian datang kembali. Mula-mula ia menyuruh pembantunya pergi, kemudian ia memberikanku sekantung uang berisi 300 dinar. Lalu ia pamit pergi."
Isa bin Muhammad seorang lelaki yang berusia 90 tahun bercerita, : "Aku menggarap sebidang tanah pertanian. Ketika mendekati panen hama menyerang tanamanku hingga rusak semua. Padahal ia berutang 120 dinar untuk modal menggarap dan menanam tanaman tersebut.
Ditambah lagi dengan sewa 2 unta. Aku mengalami kerugian. Aku duduk termenung memikirkan kerugian tersebut. Tiba-tiba Musa bin Ja'far datang menghampiriku dan menanyakan masalahku. Aku menceritakan kesulitanku. Lalu ia bertanya berapa hutangmu?.
Aku menjawab sejumlah 120 dinar ditambah sewa 2 unta. Kemudian Musa Kazhim memberikan uang 120 dinar ditambah 30 dinar yang katanya adalah keuntunganku bila panen berhasil dan ditambah lagi uang sewa untuk 2 unta.
PENDAPAT ULAMA DIZAMANNYA.
Ibnu Shibagh Al-Maliki menulis dalam Kitabnya. "Musa Kazhim adalah sosok Imam besar, terkemuka dan tiada duanya. Ia adalah hujjah dan ulama besar. Ia melalui malamnya dengan shalat tahajudnya. Sementara disiang hari, dia berpuasa. Ia diberi julukan "AL KAZHIM", karena sering memaafkan orang-orang yang berbuat salah kepadanya.
Dikalangan penduduk Irak ia dikenal dengan julukan "BABUL HAWAD", artinya pintu berbagai munajat. Dia paling taat beribadah, paling berilmu, paling dermawan dan paling pemurah dizamannya.
Ibnu Syahr Asyub berkata, : "Musa bin Ja'far adalah manusia yang paling menonjol dizamannya dalam ilmu Fiqh dan hafalan Al-Quran.
Ibnu Jauzi Al-Hanafi menulis, : "Musa Kazhim dijuluki "ABDUS SHOLIH", karena kesesungguhannya dalam ibadah dan shalat malam.
Al- Ya'kubi menulis, : "Musa bin Ja'far lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah dan menukil hadist dari ayahnya dibanding semua orang.
Itulah pendapat beberapa ulama besar tentang dirinya. Musa Kazhim mati syahid pada tanggal 25 Rajab tahun 183 H. Beliau mati syahid diracuni oleh Sanadi bin Syahik atas perintah Harun Ar Rasyid khalifah munafik pada saat itu dari Bani Abbasiyyah. Dan beliau dimakamkan di Kadzimain, Irak. Insya Allah bermanfaat. (Edy Rusman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar